Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar
Nama lengkapnya Abū Abdillah Muhammad bin Jābir bin Sinān al-Harrānī ar-Raqqī ash-Shabī’ al-Battānī. Ia lebih dikenal dengan ‘Al-Battānī’ nisbah kepada tempat ia dilahirkan yaitu “Battān”, Irak. Al-Battānī hidup di zaman kekhalifahan Abbasiyah, dia dikenal sebagai seorang astronom, arsitek, geografer dan matematikawan. Di Barat, Al-Battānī dikenal dengan ‘Albategnius’ atau ‘Albategni’. Ia juga diberi gelar kehormatan dengan “Ptolemeus Arab” oleh karena penguasaan dan kritiknya atas karya-karya Ptolemeus khususnya Almagest. Dan karena kemasyhurannya, nama ‘Al-Battānī’ diabadikan sebagai salah satu nama kawah di bulan.
Sejak muda, Al-Battānī memiliki ketertarikan terhadap benda-benda langit yang membuatnya kemudian menekuni astronomi. Menurut para peneliti, Al-Battānī sangat terpengaruh oleh karya dan pemikiran Ptolemeus. Namun pengaruh itu tidak lantas menjadikan Al-Battānī taklid dengan apa yang dirumuskan Ptolemeus.
Di zaman Al-Battānī ada banyak ilmuwan yang piawai dalam bidang sains khususnya dalam teknik pembuatan alat astronomi bernama astrolabe. Sejarah juga mencatat Al-Battānī hidup sezaman dengan dua tokoh astronomi terkenal, yaitu Ali bin Isa al-Usthurlābī dan Yahyā bin Abi Manshūr. Diduga Al-Battānī berguru kepada dua tokoh ini terutama Ali bin Isa al-Usthurlābī yang berasal dari Harrān. Ada kemungkinan juga Al-Battānī berguru kepada murid-murid dua tokoh ini.
Tatkala di Raqqa, Al-Battānī mendirikan sebuah observatorium astronomi bernama ‘Observatorium Al-Battānī’ (Marshad al-Battanī). Pendirian observatorium ini dilatari oleh karena Al-Battānī memandang bahwa pengetahuan tak cukup dengan hanya memadakan pada teori, namun perlu aplikasi praktis dari teori tersebut. An-Nadim menuturkan bahwa Al-Battānī mulai melakukan kegiatan observasi di kota Raqqa sejak tahun 264/878 sampai tahun 306/918.
Pencapaian terbaik Al-Battānī di observatorium ini adalah sebuah karya bertitel Zij al-Shabī’ (Tabel Astronomi Sabean), sebuah ensiklopedia berisi uraian-uraian astronomis yang diperlengkapi dengan tabel-tabel dan juga memuat hasil-hasil observasi yang pernah dilakukannya.
Kontribusi besar Al-Battānī lainnya dalam astronomi adalah bidang observasi. Seyyed Hossein Nasr mengatakan, Al-Battānī berhasil membuat beberapa observasi paling akurat dalam sejarah astronomi Islam. Kepiawaiannya dalam bidang astronomi tampak dari kemampuannya mempraktikkan observasi betapapun menggunakan alat-alat sederhana. Menurut Nasr lagi, Al-Battānī berhasil menemukan peningkatan apogium matahari dari sejak zaman Ptolemeus yang menyebabkan penemuan gerak apsis matahari. Ia menetapkan presesinya sebesar 54,5’’ dalam satu tahun, dan inklinasi ekliptika sebesar 23° 35’. Al-Battānī juga menemukan cara (teori) baru untuk menentukan visibilitas hilal.
Al-Battānī melakukan penelitian terhadap lamanya bumi mengelilingi matahari. Al-Battānī menyatakan bahwa bumi mengelilingi pusat tata surya (baca: matahari) menghabiskan waktu 365 hari 5 jam 46 menit dan 24 detik. Perhitungan ini mendekati perhitungan terkini yaitu 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik. Penemuan ini sangat berkesan dan banyak memengaruhi astronom kini dan masyarakat Muslim umumnya. Al-Battānī juga melakukan perbandingan antara kalender Arab, Yunani, Persia dan Koptik. Al-Battānī juga berkontribusi dalam menemukan bahwa titik “aphelion” matahari yang telah bergeser sejak perhitungan yang dilakukan Ptolemeus pada abad ke-2 M, dimana penemuan ini membuahkan penemuan penting mengenai gerak lengkung matahari.
Penelitiannya terhadap gerhana matahari dan bulan yang mana hasilnya dijadikan pedoman observasi oleh para astronom barat abad 18 (diantaranya oleh Dunthorn) dalam menghitung kecepatan gerak bulan. Al-Battānī juga membuktikan adanya kemungkinan gerhana matahari cincin yang berbeda dengan pendapat Ptolemeus yang begitu populer pada saat itu. Al-Battānī mampu menjelaskan letak koordinat sejumlah planet dan mengoreksi gerak bulan dan planet-planet itu pada sistem tata surya. Lalu menentukan secara presisi titik nadir dan titik zenit serta menentukan letak koordinat keduanya pada bola langit.
Selain bidang astronomi, Al-Battānī juga memiliki kontribusi dalam bidang matematika khususnya spherical trigonometry’ (‘ilm al-mutsallatsāt), ilmu yang memiliki pengaruh besar pada perkembangan astronomi. Al-Battānī juga adalah diantara matematikawan Arab pertama yang menggunakan persamaan trigonometri (al-juyūb, al-autār) dalam menghitung sudut sebuah segitiga.[] Penulis: Dosen FAI UMSU